Dan
sang penulis pun kembali lagi setelah sekian lama tidak memperbarui blog.
Niat
beberapa bulan lalu inginnya mulai rajin nge-blog seakan sirna begitu saja.
Seperti angin yang menyapu debu di jalanan sore. Atau hujan yang menyirami
panas di siang hari. Semuanya yang sudah disiapkan dan diniatkan begitu saja
terlupakan.
Dan
gue kira, itulah topik yang ingin gue angkat di tulisan yang pertama setelah
sekian lama ini. Gue gak tahu apakah ada yang lain yang juga merasakan hal
serupa atau tidak, but hey, let’s get it
on.
Sejujurnya
prahara perbedaan tindakan yang akhirnya gue lakukan dan niat yang sebenarnya
sudah berlangsung lama. Sejak kecil dahulu, ada saja hal yang membuat beberapa
tindakan gue berbeda seratus delapan puluh derajat dari apa yang gue niatkan.
Misalnya, pada saat gue dulu niatnya mau main gimbot (baca: rental game boy di
abang-abang saat SD) sebentar saja, yang terjadi adalah gue main terlalu lama
sampai ditinggal jemputan. Untungnya saat itu adik gue lagi dirawat di rumah
sakit tidak jauh dari SD gue saat itu, jadi gue langsung jalan kaki ke sana. Note: Saat itu kebetulan ada nyokap lagi
berjaga di sana dan gue masih terbayang betapa kagetnya beliau saat tahu gue
(bocah SD kelas tiga) berjalan kaki ke rumah sakit Muhammadiyah Taman Puring sendirian.
Atau
saat gue berniat ingin belajar grammar
Bahasa Inggris saat ingin mengikuti tes TOEFL PBT beberapa tahun yang lalu.
Niat gue saat itu adalah belajar setidaknya sejam selama seminggu sebelum tes
TOEFL dilaksanakan. Realitanya? Yang ada gue cuma belajar selama dua hari,
itupun di hari pertama dan hari terakhir dalam minggu tersebut. Untungnya bekal
pengetahuan Bahasa Inggris gue yang sudah belajar belasan tahun ada gunanya,
jadi skor tes gue cukup bagus.
Atau
niat gue yang ingin menjual beberapa perlengkapan gaming gue dalam bulan Februari ini. Gue sudah meniatkan itu dari
beberapa bulan yang lalu. Bahkan gue udah membatasi dan tidak membeli game sama
sekali saat ada Steam Winter Sale di
penghujung tahun kemarin. Namun realitanya? Masih banyak game di computer gue
sampai saat ini. Gue juga masih belum bisa memutuskan kapan gue benar-benar
akan menjual semuanya.
Dan
dari pengalaman-pengalaman gue di atas, gue menggaris bawahi kebodohan gue: lack of self-control. Atau kalau istilah
islaminya mah, menjaga hawa nafsu.
Kenapa
hawa nafsu? Karena pada dasarnya yang membuat gue enggak melakukan apa yang
sudah gue niatkan adalah hawa nafsu pribadi. Jika hawa nafsu tidak dikontrol,
maka apapun yang kedengarannya, kelihatannya,
dan nampaknya enak dan menarik akan dilakukan meskipun ada kerugian yang
akan diderita.
Bukan
berarti kita tidak boleh menggunakan hawa nafsu dalam hidup ini lho. Karena
menurut gue pribadi, terkadang hawa nafsu, alias keinginan hati, dapat membedakan
kesuksesan dan kegagalan. Terkadang kita harus melakukan sesuatu dengan nafsu
dan tidak mengenal waktu – tetapi kita harus selalu tahu kapan saatnya
berhenti. Jika tidak, maka yang akan terjadi adalah hal-hal serupa dari
pengalaman gue tadi : tindakan dan niatnya berbeda seratus delapan puluh
derajat.
Dan
lebih buruknya lagi, terkadang tindakan yang berbeda seratus delapan puluh
derajat dari niatnya itu masih saja kita teruskan. Meskipun di dalam hati, kita
tahu kalau apa yang kita lakukan itu tidak sesuai dengan kita. Atau tidak
sesuai dengan pikiran kita. But we do it
anyway. That, I think, is how silly
human can be sometimes.
No comments:
Post a Comment
Silahkan tuliskan pendapat anda....bebas kok