Sunday, February 28, 2016

The Poster Returns : Antara Niat dan Tindakan

Dan sang penulis pun kembali lagi setelah sekian lama tidak memperbarui blog.

Niat beberapa bulan lalu inginnya mulai rajin nge-blog seakan sirna begitu saja. Seperti angin yang menyapu debu di jalanan sore. Atau hujan yang menyirami panas di siang hari. Semuanya yang sudah disiapkan dan diniatkan begitu saja terlupakan.

Dan gue kira, itulah topik yang ingin gue angkat di tulisan yang pertama setelah sekian lama ini. Gue gak tahu apakah ada yang lain yang juga merasakan hal serupa atau tidak, but hey, let’s get it on.

Sejujurnya prahara perbedaan tindakan yang akhirnya gue lakukan dan niat yang sebenarnya sudah berlangsung lama. Sejak kecil dahulu, ada saja hal yang membuat beberapa tindakan gue berbeda seratus delapan puluh derajat dari apa yang gue niatkan. Misalnya, pada saat gue dulu niatnya mau main gimbot (baca: rental game boy di abang-abang saat SD) sebentar saja, yang terjadi adalah gue main terlalu lama sampai ditinggal jemputan. Untungnya saat itu adik gue lagi dirawat di rumah sakit tidak jauh dari SD gue saat itu, jadi gue langsung jalan kaki ke sana. Note: Saat itu kebetulan ada nyokap lagi berjaga di sana dan gue masih terbayang betapa kagetnya beliau saat tahu gue (bocah SD kelas tiga) berjalan kaki ke rumah sakit Muhammadiyah Taman Puring sendirian.

Atau saat gue berniat ingin belajar grammar Bahasa Inggris saat ingin mengikuti tes TOEFL PBT beberapa tahun yang lalu. Niat gue saat itu adalah belajar setidaknya sejam selama seminggu sebelum tes TOEFL dilaksanakan. Realitanya? Yang ada gue cuma belajar selama dua hari, itupun di hari pertama dan hari terakhir dalam minggu tersebut. Untungnya bekal pengetahuan Bahasa Inggris gue yang sudah belajar belasan tahun ada gunanya, jadi skor tes gue cukup bagus.

Atau niat gue yang ingin menjual beberapa perlengkapan gaming gue dalam bulan Februari ini. Gue sudah meniatkan itu dari beberapa bulan yang lalu. Bahkan gue udah membatasi dan tidak membeli game sama sekali saat ada Steam Winter Sale di penghujung tahun kemarin. Namun realitanya? Masih banyak game di computer gue sampai saat ini. Gue juga masih belum bisa memutuskan kapan gue benar-benar akan menjual semuanya.

Dan dari pengalaman-pengalaman gue di atas, gue menggaris bawahi kebodohan gue: lack of self-control. Atau kalau istilah islaminya mah, menjaga hawa nafsu.

Kenapa hawa nafsu? Karena pada dasarnya yang membuat gue enggak melakukan apa yang sudah gue niatkan adalah hawa nafsu pribadi. Jika hawa nafsu tidak dikontrol, maka apapun yang kedengarannya, kelihatannya, dan nampaknya enak dan menarik akan dilakukan meskipun ada kerugian yang akan diderita.

Bukan berarti kita tidak boleh menggunakan hawa nafsu dalam hidup ini lho. Karena menurut gue pribadi, terkadang hawa nafsu, alias keinginan hati, dapat membedakan kesuksesan dan kegagalan. Terkadang kita harus melakukan sesuatu dengan nafsu dan tidak mengenal waktu – tetapi kita harus selalu tahu kapan saatnya berhenti. Jika tidak, maka yang akan terjadi adalah hal-hal serupa dari pengalaman gue tadi : tindakan dan niatnya berbeda seratus delapan puluh derajat.

Dan lebih buruknya lagi, terkadang tindakan yang berbeda seratus delapan puluh derajat dari niatnya itu masih saja kita teruskan. Meskipun di dalam hati, kita tahu kalau apa yang kita lakukan itu tidak sesuai dengan kita. Atau tidak sesuai dengan pikiran kita. But we do it anyway. That, I think, is how silly human can be sometimes.


No comments:

Post a Comment

Silahkan tuliskan pendapat anda....bebas kok