Wednesday, November 11, 2015

Bandung Days Off: Part 1


Oke, jadi melanjutkan post sebelumnya, saya akan memberikan beberapa update tentang apa saja yang saya alami di Bandung selama masa cuti saya. Quite brilliant, I hope.

Pertama-tama, saat saya pesan tiket. Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, saya baru saja meminta cuti pada hari rabu sore;lebih tepatnya rabu maghrib. Saya minta cuti pada Pak Fauzi, yang merupakan karyawan senior di kantor. Beliau adalah orang yang memegang jalannya day-to-day operations kantor. Saya ungkapkan alasan untuk mengambil cuti – untuk refreshing. Pak Fauzi untungnya tidak antipati terhadap ide tersebut, karena saya sudah melihat saat karyawan yang lain gagal mendapat cutinya – terutama para surveyor.

Segera setelah mendapat izin cuti,saya pun memesan tiket untuk ke Bandung. Bagi yang belum tahu, tiket ke Bandung pada saat ini itu SANGAT MAHAL. Dibandingkan dengan saat saya kuliah dulu, harga tiket travel sudah hampir naik dua kali lipat. Tiket kereta pun sama saja. Jika saya ingin mendapatkan dua tiket kereta termurah misalnya, saya perlu merogoh kocek sebesar Rp 150.000,-. Yup, itu sudah cukup untuk uang jatah makan dua atau tiga hari.

Karenanya, saya memesan tiket promo dari Baraya Travel. Untungnya travel tersebut sangat dekat dari kantor saya. Namun, kelemahan dari sistem tiket promo dari Baraya Travel adalah jamnya yang sudah ditentukan. Untuk hari Minggu misalnya, tiket yang tersedia hanya ada pada pukul enam pagi sampai pukul satu siang. Begitu juga pada hari Jumat, yang hanya tersedia pada jadwal yang sama.

Setelah memesan tiket, tentunya yang harus dipikirkan adalah tujuan tempat berlibur. And you know what? I totally do not know which places in Bandung that are supposed to be the place for relaxing and holiday. No idea whatsoever. Namun, apa mau dikata. Tiket sudah dibeli. Cuti sudah diambil. So off we go.

Setelah menyelesaikan pekerjaan untuk hari Kamis, saya bergegas ke Baraya Travel pukul lima kurang lima belas menit. Saat saya tiba di sana, tidak ada satu pun pegawai Baraya Travel yang sedang stand by. Tidak ada jejaknya sama sekali. Bahkan, tak lama setelah saya tiba, ada seorang gadis dan ibu-ibu datang dan bertanya di mana para pegawai Baraya Travel berada. Si Gadis ini rupanya belum bayar tiketnya dan baru booking.

Beberapa menit kemudian, pegawai Baraya Travel ini datang dengan napas tertahan dan terengah-engah. Saya tidak tanya kenapa dia terengah-engah, saya hanya bilang kalau si Gadis ini belum bayar tiketnya. Si Pegawai pun langsung mengurus pembayaran tiketnya dan mengatakan kalau mobil yang akan membawa kami ke Bandung sudah ada, tetapi masih memutar. Sebentar kemudian, mobilnya datang dan semua penumpang memasukkan barang bawaan serta naik ke mobil tersebut.

Kami pun berangkat ke Bandung. Salah satu pegawai Baraya Travel sudah mewanti-wanti kalau di Tol Lingkar Luar (sampai daerah Pondok Labu) dan sampai Cikarang Utama akan macet. Rupanya, perkiraannya tepat. Mobil harus bergerak perlahan dan terhambat beberapa kali melawan kemacetan. Bahkan, waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam saat mobil tersebut tiba di Rest Area KM 57, tempat peristirahatan yang biasa digunakan Baraya Travel. Saya sendiri tidak begitu memperhatikan kemacetan yang ada karena lebih banyak tidur sepanjang perjalanan.

Setelah tiba di pom bensin rest area, Sang Supir mengatakan waktu istirahat berlangsung selama sepuluh menit. Ia kemudian mematikan mesinnya, mungkin refleks karena ingin isi bensin. Seharusnya ia tidak pelu melakukannya dan ia langsung menyesali tindakannya tersebut; rupanya para pegawai Baraya Travel menghilang sebelum keberangkatan karena mereka harus membantu mendorong mobil tersebut agar menyala.

Sang Supir pun menyahut pada sesama pegawai Baraya Travel lainnya yang sedang beristirahat di rest area untuk membantu mendorong. Para teman seperjuangannya pun mulai mendorong mobil dari pom bensin. Sang Supir menaruh persneling di gigi dua, tapi mobil hanya terantuk-antuk tanpa mau menyala. Percobaan pertama yang gagal. Para pegawai Baraya Travel tidak menyerah, dan mencoba lagi untuk mendorong. Sekali lagi, mobil hanya terbatuk-batuk tanpa suara mesin yang menderu. Bahkan elektrik mobil tampak tak menyala. 

Setelah gagal untuk ketiga kalinya, saya akhirnya ikut turun dari mobil. Niatnya sih ingin membantu, tetapi saat saya lihat, sudah ada enam orang di belakang mobil tersebut. Salah seorang dari mereka yang badannya paling kecil akhirnya berganti posisi untuk pegang kemudi dengan Sang Supir. Mereka mendorong mobilnya sekali lagi, dan akhirnya berhasil membuat suara mesin mobil itu menderu. Mobil itu juga menderu-derukan tarikannya saat supirnya menekan gas beberapa kali untuk memanaskan mesin. Saya curiga jangan-jangan mobil itu rada ngambek karena saya belum turun.

Kemudian, ada beberapa penumpang lain yang masuk ke mobil tempat saya berada. Saya bertanya kepada salah seorang penumpang yang berada di samping saya, darimana mereka datang. Penumpang tersebut menjawab Ia berangkat dari Melawai dengan tujuan ke Pasteur. Mereka rupanya pindah dari mobil travel mereka karena AC di mobil tersebut tidak bekerja. Saya membayangkan berpanas-panasan (meskipun mobil mereka juga hanya berisi enam orang seperti mobil travel yang saya naiki) sepanjang perjalanan yang macet dari Jakarta. Mendengarnya saja saya sudah merasa gerah.

Perjalanan ke Bandung tidak mengalami masalah lain lagi setelahnya. Saya pun sampai di pool Baraya Travel Surapati pada pukul 8.30 malam. Saya menghubungi adik saya, Luthfi, untuk menjemput saya dari Surapati ke tempat nenek saya di Jalan Lembong. Sesampainya saya di Lembong, saya pun menghabiskan waktu saya sampai malam – benar-benar pengalaman yang unik.

Setelah saya sampai di Bandung, timbul lagi pertanyaan: Apa yang ingin saya lakukan di sini? Saya memang sudah menyiapkan beberapa persiapan dan jadwal bertemu teman untuk keesokan harinya. Tapi ya segitu saja. Namun, seperti yang sudah saya alami, biasanya yang saya rencanakan itu lebih sering gagal secara spektakuler.

Tidak percaya? Tunggu post berikutnya :D

No comments:

Post a Comment

Silahkan tuliskan pendapat anda....bebas kok